PERANCANGAN MUSEUM WAYANG BALI DI GIANYAR

  • I Wayan Budiantara Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Ngurah Rai
  • Made Mariada Rijasa Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Ngurah Rai
  • Ngakan Putu Ngurah Nityasa Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Ngurah Rai
Keywords: museum wayang Bali, konservatif, edukatif, rekreatif, neo vernacular

Abstract

Seni pewayangan merupakan salah satu dari berbagai warisan kebudayaan masa lampau Bangsa Indonesia yang terkenal di antara banyak karya seni budaya yang ada. Pertunjukan seni pewayangan meliputi seni suara, seni musik, seni peran, seni pahat, seni lukis, seni perlambang, dan karya sastra. Dilihat dari perjalanan sejarahnya, seni pewayangan tampak terus berkembang dari masa ke masa. Dunia pewayangan  mengalami banyak perubahan dimana pada awalnya sebagai media ritual pemujaan roh leluhur kemudian berkembang sebagai media dakwah, pemahaman filsafat, pendidikan moral, penyuluhan masyarakat, hingga menjadi media hiburan belaka. Di tengah-tengah derasnya kemunculan bentuk-bentuk hiburan modern masa kini, rupanya seni pewayangan masih mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa dan Bali. Di Desa Singapadu Kabupaten Gianyar Bali, teater wayang sering digelar dalam acara-acara formal maupun informal dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Untuk itu, sudah sepatutnya seni pewayangan ini dilestarikan. Salah satunya adalah dengan membuatkan sebuah fasilitas museum yang menyimpan berbagai jenis wayang yang pernah ada di Bali. Konsep desain arsitektur museum wayang ini disusun melalui tahapan proses desain yang sistematis. Studi literatur, studi instansional, hingga observasi terhadap fasilitas sejenis telah dilakukan. Metode analisis dan sistesis selalu dilakukan dalam setiap pengambilan keputusan mulai dari merumuskan spesifikasi, konsep dasar, tema rancangan, program ruang, program site, hingga konsep perancangan arsitektur museum wayang Bali. Dari hasil proses perancangan arsitektur ditentukan bahwa konsep dasar konservatif, edukatif, dan rekreatif akan menjadi landasan dalam desain yang dipadukan dengan tema Neo Vernakular dalam perwujudan bangunan museum wayang untuk menjaga kearifan lokal dan penyesuaian dengan kondisi alam lingkungan setempat. Ada empat  kelompok ruang pada Museum Wayang Bali ini yaitu area pengelola, area museum, area penunjang serta area Service. Total luas ruangannya adalah 15.650 m2 dan membutuhkan luasan site sebesar 20.000 m2.  Rumusan konsep perancangan arsitektur museum wayang Bali mulai dari konsep perancangan site, perancangan bangunan, struktur, dan utilitas juga akan menjadi solusi dan pertimbangan dalam desain aritektur museum wayang Bali di Desa Singapadu Gianyar.

Published
2020-04-01
How to Cite
Budiantara, I. W., Mariada Rijasa, M., & Nityasa, N. P. (2020). PERANCANGAN MUSEUM WAYANG BALI DI GIANYAR. Jurnal Teknik Gradien, 12(1), 67-76. https://doi.org/10.47329/teknikgradien.v12i1.449
Section
Articles
Abstract viewed = 219 times
PERANCANGAN MUSEUM WAYANG BALI DI GIANYAR.pdf downloaded = 177 times